simple hit counter
EkbisHeadline

Tutup Pasar Djadul Grisee, Syahrul Munir Siap Kembangkan Kuliner Tradisional Gresik

×

Tutup Pasar Djadul Grisee, Syahrul Munir Siap Kembangkan Kuliner Tradisional Gresik

Sebarkan artikel ini
WhatsApp Image 2024 08 05 at 12.12.14 - Tutup Pasar Djadul Grisee, Syahrul Munir Siap Kembangkan Kuliner Tradisional Gresik
Penutupan Pasar Djadul Grisee bersama calon Bupati Gresik, Syahrul Munir

PORTALSURABAYA.COM – Festival Pasar Djadoel Grisee di gelar selama tiga hari mulai 2 Agustus menyajikan berbagai jajanan khas Gresik tempo dulu itu menjadi daya tarik dan masih diminati masyarakat perkotaan. Festival ini diselenggarakan oleh Omah Dhuafa yang dipimpin Syaichu Busyiri.

Ada beberapa kuliner yang disajikan dalam festival itu, antara lain Es Gudir, Ndok-Ndokan Iwak (Olahan telur ikan), Es Dawet, Pecel Pincuk Pecel Semanggi, Sinom, Legen, Serabi Dahlia, Kupat Kethek, Nasi Krawu, Sego Menir, Arbanat, Masin, Martabak, Sego Karak Tempe dan beberapa kuliner tradisional khas Gresik.

Pimpinan Omah Dhuafa Gresik Syaichu Busyiri menyampaikan terima kasih kepada Syahrul ata kepeduliannya terhadap pengembangan ekonomi UMKM. Khususnya yang memproduksi makanan tradisional.

“Nanti hasil dari festival ini sebagian akan digunakan untuk membantu masyarakat yang perlu bantuan, terima kasih kepada semua pihak yang membantu, Gressmall, Pemkab Gresik dan Mas Syahrul yang hadir,” tutur Syaichu.

Dalam penutupan festival Pasar Djadoel Grisse, Minggu 4 Agustus malam tersebut, Calon Bupati Gresik yang diusung PKB M. Syahrul Munir turut hadir menikmati panganan tradisional khas Gresik yang disajikan.

Baca Juga: Silaturahmi Ulama Gresik Selatan, Cabup Syahrul Munir Dapat Nasehat

Ia menyebut festival ini perlu digelar lebih sering untuk memasyarakatkan panganan tradisional khas Gresik. Pasalnya, generasi muda saat ini, terutama Gen Z dan milenial cenderung kurang kenal jajan seperti ini.

“Luar biasa sekali penyelenggara dan Gressmall, jajanan tradisional bisa masuk mall, dan terbukti kuliner tradisional diminati masyarakat, saya dengar yang jualan di sini bisa mendapat pemasukan hingga Rp2 juta sehari,” katanya.

Syahrul bercerita, saat kecil, dirinya akrab dengan jajanan tradisional, seperti getuk, serawut, kelanting dan sebagainya. Namun mkin ke sini, jajanan tradisional tersebut semakin jarang ditemui. Sehingga anak-anak muda sekarang kurang mengenal jajanan tradisional tersebut.

“Padahal rasanya juga enak, pun olahan masakan tradisional sehat karena cenderung memakai bahan alami dan diolah langsung. Berbeda dengan ultra processed food kekinian yang cenderung kurang sehat bila dikonsumsi setiap hari,” tutur dia.

Kuliner tradisional, menurut Syahrul tumbuh dalam kebudayaan dan tradisi masyarakat, selain penting untuk dilestarikan, makanan tradisional juga memiliki potensi ekonomi yang bisa dikembangkan untuk mengungkit ekonomi masyarakat.

“Ke depan saya mendorong festival seperti ini lebih sering digelar, dan kuliner tradisional Gresik bisa diserap perkantoran, industri swasta ataupun kantor pemerintahan untuk kebutuhan katering,” terang Syahrul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di GoogleNews PUB

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *