PORTALSURABAYA.COM – Matahari selama ini diketahui sebagai sumber utama sinar ultra violet (UV) yang diperlukan bagi tubuh untuk memproduksi vitamin D. Vitamin tersebut berfungsi untuk meningkatkan kekuatan tulang dan gigi, serta membantu penyerapan kalsium dalam tubuh.
Karena itu kita disarankan berjemur selama 30 menit setiap pagi. Namun, ternyata tidak semua sinar matahari bermanfaat bagi tubuh.
Sinar UV terdiri dari berbagai panjang gelombang. Sinar UVB (antara 280-320nm) sering dianggap sebagai dampak berbahaya matahari, karena UVB menyebabkan dampak sunburn (kulit terbakar) yang kasat mata dan cepat terlihat.
Faktanya, UVB hanya mewakili 5 persen dari paparan sinar UV. 95 persen dari sinar UV yang mencapai bumi adalah sinar UVA5, yang terbagi menjadi beberapa panjang gelombang yaitu short UVA (antara 320-340nm) dan Long UVA (antara 340-400 nm) dan dalam rentang ini ada Ultra-Long UVA (antara 380-400nm).
30 persen dari sinar UVA merupakan Ultra-Long UVA yang menembus kulit hingga lapisan kulit terdalam, dan merupakan salah satu penyebab utama penuaan kulit (skin-aging).
“Sinar UVA selalu hadir setiap hari, sepanjang tahun, bahkan ketika cuaca mendung dan dapat menembus kaca jendela. Sinar Ultra-long UVA menembus kulit sangat dalam dan memberikan dampak pada sel kulit secara progresif,” ungkap dr. Srie Prihianti SpKK(K) PhD FINSDV FAADV, Dermatologists, Photoprotection Expert.
Dia menambahkan, dampak klinis yang dapat terjadi seperti penuaan kulit yaitu kerutan pada kulit, pigmentasi, hingga kanker kulit.
“Namun, kebanyakan filter UV organik yang ada saat ini hanya melindungi dari panjang gelombang UVA hingga 360nm [Long UVA], tetapi kurang menyerap dalam kisaran 380-400nm atau yang disebutkan sebagai Ultra-Long UVA,” tuturnya.
Realita itu pula yang mendorong La Roche Posay memperkenalkan terobosan inovasi sunscreen yaitu Anthelios UVMUNE 400 dengan teknologi filter UV terbaru, Mexoryl 400, yang melindungi kulit secara optimal bahkan terhadap sinar Ultra-Long UVA yang paling berbahaya sekalipun.
Terobosan inovasi ini merupakan hasil dari 10 tahun penelitian dan kini telah hadir untuk konsumen di Indonesia. “Sebagai bagian dari L’Oréal Group, La Roche-Posay berkomitmen untuk terus menjadi pelopor dalam terobosan inovasi sun protection melalui rangkaian produk Anthelios,” kata Ann’Laure Demessant, Scientific Communication Director La Roche Posay International.
Ann’Laure Demessant menekankan bahwa di L’Oréal, sains adalah poros inovasi. Tim L’Oréal Research & Innovation terus berinovasi untuk mengatasi dampak kerusakan kulit akibat sinar UV yang merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Dengan pengembangan teknologi filter UV, Mexoryl 400, tim R&I L’Oréal telah menjawab tantangan ilmiah nyata dengan menciptakan teknologi Filter UV yang mampu memberikan penyaringan dengan spektrum terluas dan melindungi kulit terhadap Ultra-Long UVA (380-400nm).
Pengembangan Mexoryl 400 membutuhkan penelitian selama 10 tahun dengan 65 studi dan menjadi subjek enam publikasi ilmiah. “Lifechanging innovation ini tersedia di La Roche Posay Anthelios UVMune 400,” paparnya.
Anthelios UVMUNE 400 teruji secara klinis melindungi kulit dari paparan sinar UV yang dapat menyebabkan pigmentasi, skin aging seperti hilangnya elastisitas kulit dan timbulnya kerutan. Anthelios UVMUNE 400 juga dilengkapi teknologi NETLOCK sehingga memiliki tekstur ringan dan sangat cair, tidak meninggalkan whitecast pada kulit, tahan terhadap air, keringat, dan pasir.
Produk ini lembut di mata, cocok untuk semua jenis kulit, termasuk kulit sensitif dan berjerawat karena diformulasikan tanpa fragrance. Tidak hanya dalam sains dan inovasi, La Roche Posay bersama dengan IPSOS melakukan studi global di 17 negara, termasuk Indonesia.
Hasil studi menunjukkan bahwa:
– 46 persen masyarakat Indonesia tidak memahami perbedaan antara UVA dan UVB, lebih rendah dibanding tingkat pemahaman di dunia yang mencapai 70 persen. Padahal Indonesia adalah negara iklim tropis terbesar dimana paparan terhadap sinar matahari terjadi setidaknya 12 jam sehari.
– 88 persen responden global memahami dampak paparan sinar matahari kepada kesehatan kulit. Di Indonesia, hanya 70 persen yang memahaminya.
– 58 persen masyarakat Indonesia menyesal karena sebelumnya tidak melindungi diri dengan lebih baik dari sinar matahari.
Nestya Sedayu, Head of Marketing, Active Cosmetics Division, L’Oréal Indonesia menyatakan, masih banyak persepsi keliru, seperti sunscreen hanya dibutuhkan pada kondisi tertentu atau dampak kerusakan kulit dari sinar matahari hanya terjadi apabila ia kasat mata.
“Karena itu, menjadi hal yang sangat penting untuk memberi edukasi tentang dampak paparan sinar matahari. Karena hal ini merupakan masalah kesehatan masyarakat,” urainya.***
Cek Berita dan Artikel yang lain di GoogleNews PUB