PORTALSURABAYA.COM – Sandiaga Salahuddin Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Menparekraf RI), mengajak para santri menciptakan konten Islami yang kreatif dan inspiratif serta memiliki nilai tambah ekonomi.
“Santri Digitalpreneur Indonesia (SDI) adalah program unggulan untuk memastikan terciptanya 1,1 juta lapangan kerja baru berkualitas pada 2022 dan 4,4 juta lapangan kerja pada 2024,” ujar Menparekraf Sandiaga dalam keterangan tertulisnya pada kunjungan kerja ke Pesantren Modern Al Amanah Junwangi, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sebagai bagian dari program Santri Digitalpreneur Indonesia (SDI) 2022, Jumat (2/9/2022) pekan lalu.
Sandiaga menambahkan, program (SDI) berangkat dari pemahaman ada 28 ribu pondok pesantren dan 5 juta santri yang merupakan aset berharga.
“Kami ingin para santri dibekali ilmu kekinian yang akan meningkatkan daya saing mereka dan dapat membawa Indonesia menuju negara adil makmur,” tutur Menparekraf.
Mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu mengatakan, para santri harus memiliki ilmu penting dalam menjawab tantangan di tengah ekonomi yang penuh gejolak.
“Apabila santri memiliki kemampuan berinovasi, mereka bukan saja memiliki penghasilan namun juga menciptakan peluang usaha dan lapangan kerja,” urai Sandiaga.
Di kesempatan itu, Menparekraf berpesan agar para santri memiliki sifat inovatif, adaptif dan kolaboratif.
“Untuk itu santri harus mengasah keterampilan, harus mampu mendapatkan inspirasi dari cerita untuk kemandirian para santri itu sendiri. Saya berpesan untuk menerapkan etos kerja 4As: Kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas,” ujar Menparekraf.
Tak lupa, Sandi berharap para santri mampu menciptakan peluang di era digitalisasi. Jika dari 5 juta santri, 10% saja menciptakan 10 konten per minggu maka akan lima juta konten yang memiliki nilai tambah ekonomi dan kaidah Islami.
“Ini yang jarang. Saat ini konten di dunia maya tidak punya nilai Islami yang rahmatan lil alamin dan memupuk semangat berakhlakul kharimah,” ujar Menparekraf.
Sandiaga menambahkan, saat ini kita memasuki era digital era yang disebut revolusi industri 4.0 dan society 4.0. Era digital telah menghasilkan konten-konten di linimasa dunia maya dan nyata kita. Konten di televisi, radio dan digital saat ini lebih banyak yang non-Islami.
Oleh karena itu, SDI hadir bersama Super Mentor untuk menginspirasi para santri yang jumlahnya 5 juta untuk mulai melek digitalisasi karena ini keniscayaan sebagai sarana mengejar ketinggalan.
“Bagaimana santri ke depan bukan hanya mencari lapangan kerja namun dapat menciptakan peluang usaha dan lapangan kerja. Peluang ini kita manfaatkan sebaik-baiknya. Ini yang ingin kita dorong,” ujar Menparekraf.
Sandi menyebut, saat ini ada total 190 juta pengguna medsos. Ini hal yang tidak bisa kita lawan, namun kita harus melakukan kegiatan yang bisa menangkap peluang, mampu memberikan dakwah yang lebih baik lagi.
5 Tantangan Digital
Sandiaga menekankan, ada lima tantangan digital yang saat ini kita hadapi bersama. Yakni Cyber Security, High Competition, Human Resources Development, Availability of Internet Access dan Regulation.
“Untuk ketahanan digitalisasi maka data harus dipastikan aman. Terkait akses internet, di Sidoarjo sudah bagus. Namun masih banyak daerah lain yang akses internetnya kurang. Sedangkan untuk regulasi harus memastikan kemandirian digital kita,” ujarnya.
Untuk bisa menciptakan lapangan kerja, Sandiaga menekankan para santri harus memiliki inovasi, adaptasi dan kolaborasi.
“Saya menjadi seperti sekarang karena kena PHK 25 tahun lalu, kehilangan penghasilan dan terpaksa harus bertahan hidup. Krisis itu mengubah kuadran saya dari karyawan menjadi pengusaha. Bermula dari 3 karyawan jatuh bangun semua dilewati. Dan 25 tahun kemudian menjadi usaha nasional yang mampu memberi lapangan kerja bagi 30 ribu orang,” urai Menparekraf.
Pada kesempatan yang sama Sandi juga menyemangati para santri untuk tidak pantang menyerah dalam mengejar mimpi.
“You can do it. SDI ini menjadi wadah bagaimana para santri dapat mencetak content creator dan podcast agar konten isinya tidak itu-itu saja. Semoga pelatihan 4 hari nanti menjadi sebuah awal dari perjalanan panjang. Dalam membangun usaha ada jatuh bangun. Dibalik kesulitan ada kemudahan. Santri digital harus jadi penggerak ekonomi negeri,” ujarnya.
Saat berdialog dengan para santri, salah satu santri putra menanyakan bagaimana cara mewujudkan mimpi setinggi langit yang terus digerus pikiran buruk?
“Pertama tidak ada mimpi yang terlalu indah. Allah berikan kemampuan kita berimajinasi, kita gantungkan cita-cita setinggi langit. Jika kita mencanangkan cita-cita tinggi, mendapatkan 70-80 persen saja sudah sangat baik,” jawab Menparekraf.
Sandi mengingatkan, Indonesia adalah negara kaya raya dan mendorong anak-anak muda mengambil peluang serta menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
“Ada banyak mimpi terkubur namun ada juga yang menjadi kenyataan. Saya ini contohnya. Dari awalnya tidak punya penghasilan karena kena PHK, dengan etos kerja 4As alhamdulillah saya bisa seperti sekarang. Mimpi saya saat itu menghidupi keluarga. Allah Maha Baik. Tidak hanya menghidupi keluarga saya, namun juga bisa menghidupi 30 ribu karyawan,” Sandiaga menceritakan kisah hidupnya dalam meraih mimpi dari situasi terpuruk sebagai korban PHK saat krisis.
Tak dimungkiri, mimpi adalah hal mudah yang sulit adalah mengeksekusi mimpi. Untuk itu, imbuh Sandi, kita harus bisa up-skilling atau meningkatkan keterampilan. Reskilling, belajar penyesuaian di masa pandemi dan new-skilling atau mempelajari keterampilan baru yang sebelumnya tidak ada.
Misalnya sebuah profesi Youtuber, 10 tahun lalu tidak ada. Sekarang ini menjadi Youtuber menjadi sumber penghasilan bagi generasi muda. Juga food vlogger, kerjanya jalan-jalan, menceritakannya dalam bentuk video.
“Banyak yang menonton, dari video itu dia mendapatkan penghasilan. Jangan takut bermimpi. Insya Allah rezekimu akan terwujud,” tandas Menparekraf.***
Cek Berita dan Artikel yang lain di GoogleNews PUB