PORTALSURABAYA.COM – Forkopimda Pemerintah Kabupaten Gresik bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyelenggarakan Rapat Koordinasi (Rakor) mengantisipasi sekaligus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi dampak La Nina.
Tidak hanya itu, rakor di kantor Bupati ini juga untuk mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi dalam rangka penanggulangan banjir Kali Lamong.
Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani dalam sambutannya menggarisbawahi mengenai bencana banjir Kali Lamong yang terjadi terutama di wilayah Gresik Selatan.
“Kita ketahui curah hujan hari-hari ini luar biasa, tetapi upaya kita sebagai Pemerintah Daerah yang mana terus berikhtiar untuk terus melakukan mitigasi bencana,” ujar Bupati yang akrab disapa Gus Yani itu, Selasa (16/11/2011).
Gus Yani menambahkan jika tidak hanya pencegahan banjir yang harus diperhatikan, tetapi perlu diperhatikan juga mengenai penanganan banjir. Penanganan banjir ini meliputi diantaranya berapa lama durasi banjir yang terjadi, dan ketersediaan sarana penampungan sementara yang layak bagi korban terdampak banjir.
“Alhamdulillah ini sudah berjalan, di Cerme sudah berjalan. Di Balongpanggang dan Benjeng ini jangan sampai berminggu-minggu tapi tidak surut. Kalau memang bisa dalam 1×24 jam bisa surut, itu yang akan kita lakukan,” ungkapnya.
Sementara itu, Koordinator BMKG Jawa Timur Taufiq Hermawan menyampaikan ancaman La Nina yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, tanah longsor, puting beliung, dan sebagainya.
Juga perlunya kesepahaman mengenai apa itu La Nina. Hal ini karena masih banyak anggapan yang beredar bahwa La Nina diartikan sebagai badai.
Lebih lanjut, Ia meluruskan bahwa La Nina merupakan suatu fenomena cuaca global yang menyebabkan curah hujan menjadi lebih tinggi termasuk di wilayah Kabupaten Gresik.
“Karena La Nina ini, curah hujan meningkat 2-70%, ini yang perlu diwaspadai. Karena banjir ini utamanya terjadi karena tingginya curah hujan,” ujar Taufiq.
Ditempat yang sama, Anung Suprayitno selaku Kepala Stasiun Klimatologi Malang mengatakan La Nina berefek paling tinggi di periode September-November, tetapi ini tidak lantas membuat bulan Desember-Februari curah hujan menjadi rendah.
“Hal ini lantaran pada bulan Desember-Februari merupakan periode yang menjadi puncak musim hujan,” ucapnya.
Kali Lamong menjadi salah satu prioritas presiden melalui perpres 80 tahun 2019 bahwasanya didalamnya tercantum mengenai pengendalian banjir Kali Lamong.
Dengan adanya pandemi Covid-19 yang merebak sejak pertengahan 2019, Pemerintah Kabupaten Gresik di bawah kepemimpinan Bupati Fandi Akhmad Yani dan Wakil Bupati Aminatun Habibah melakukan upaya percepatan penanggulangan banjir Kali Lamong. Diantaranya adalah dengan melakukan komunikasi intens dengan BBWS untuk bisa mendapatkan izin kewenangan terkait normalisasi.
Hingga hari ini, total 19 alat berat dari berbagai pihak dikerahkan untuk normalisasi Kali Lamong. Bupati Yani juga menginstruksikan kepada Dinas PUPR agar segera menginformasikan apabila jumlah tersebut masih dirasa kurang.
Selain Kali Lamong, Pemerintah Kabupaten Gresik juga sudah melakukan ikhtiar di wilayah Sumput Kecamatan Driyorejo, lewat normalisasi Kali Avoor. Sebelumnya ketika hujan turun, seketika itu juga wilayah tersebut akan banjir. Tetapi setelah dilakukan normalisasi Kali Avoor, dalam waktu 1×24 jam air yang menggenang tersebut sudah habis.
Rakor ini juga dihadiri oleh pejabat dari OPD dan jajaran camat di lingkungan Kabupaten Gresik. Dalam kesempatan ini, diberikan juga dokumen peta rawan bencana dari BMKG Jatim kepada Pemerintah Kabupaten Gresik.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di GoogleNews PUB