PORTALSURABAYA.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengagendakan lomba Pembuatan Patung Bung Karno. Event tersebut sebagai rangkaian yang digelar selama Bulan Bung Karno di Juni 2022 ini.
Sedianya, patung Bung Karno tersebut bakal dipajang untuk menandai Jalan Soekarno kawasan MERR (Middle East Ring Road) Surabaya.
Menanggapi hal itu, A. Hermas Thony, Wakil Ketua Kota DPRD Surabaya, menyatakan sangat menghargai upaya Pemkot tersebut. Hanya saja, dia tidak sependapat jika patung Bung Karno ditempatkan di kawasan MERR.
“Bagi saya, sangat pas jika patung Bung Karno ditempatkan pada jejak sejarah Bung Karno, yakni di halaman Kantor Pos Pusat Surabaya. Dulu Bung Karno sekolah di sana, yaitu di Hogere Bugere School (HBS) setingkat SMA,” jelas Thony, Selasa (21/6/2022).
Thony lalu menjelaskan, Kantor Pos Pusat Surabaya di Jalan Kebon Rojo lokasi sangat strategis untuk menceritakan sejarah Bung Karno ke publik.
Selama ini, publik memahami kantor pos itu dulu adalah sekolah Bung Karno, sebutan Sukarno. Bahkan salah satu ruangannya bekas ruang kelasnya. Padahal salah.
“Bung Karno sekolah di HBS sejak 1916-1921. Sekolahnya menempati gedung bekas tempat tinggal Bupati Surabaya. Gedungnya berarsitektur indies dengan pilar-pilar di bagian teras,” jabar Thony.
“Ketika sekolah HBS pindah ke Ketabang, gedungnya dipakai Kantor Polisi. Selanjutnya, Kantor Polisi pindah ke bekas Barak Militer pada 1928. Bekas gedung sekolah itu dibongkar 1928. Gedung Kantor Pos Besar Surabaya sekarang ini bangunan baru,” imbuh politisi Partai Gerindra itu.
Karena tidak banyak orang mengetahui hal ini, kata Thony, maka penanda berupa patung Bung Karno sangat layak ditempatkan di halaman gedung Kantor Pos Pusat Surabaya.
Nanang Purwono, Ketua Begandring Soerabaia, merespons baik usulan tersebut. Menurutnya, HBS atau dikenal dengan Kantor Pos Kebon Rojo punya latar sejarah yang kuat dengan sosok Bung Karno.
“Saya kira tepat kalau lokasinya di situ (Kantor Pos Kebon Rojo, red) sebagai penanda Bung Karno di Kota Pahlawan,” cetus dia.
Nanang juga mengusulkan model dan wujud patung Bung Karno harus disesuaikan dengan fakta sejarahnya. Patung tidak dibuat seperti yang sudah ada di beberapa kota, seperti di Blitar, Jakarta, Semarang, dan lainnya.
Kata dia, patung harus relavan dengan sejarah Bung Karno semasa sekolah di HBS pada 1916-1921. Ketika bersekolah sebagai seorang bumiputera, pakaiannya pun dibedakan.
“Pelajar bumiputera saat itu sangat dibedakan dalam hal berpakaian dari pelajar Indo ataupun Belanda. Pelajar bumiputera harus memakai kain (jarik), memakai jas, dan berdasi dengan tutup kepala berupa blamgkon,” terang Nanang.
Makanya, timpal dia, tampilan Bung Karno dalam wujud patung harus menggambarkan masa muda Bung Karno. Bentuk patung seperti itu belum ada di Indonesia.
Bung Karno ada di Surabaya di saat masih balita pada usia 0 sampai 6 bulan, lalu pada usia remaja 15 sampai 20 tahun (1916-1921). Dan ketika diminta untuk menghentikan tembak menembak pada peristiwa perang Surabaya pada 1945.
Selama di Surabaya, masa remaja itu penting sebagai nilai moral. Karena di masa itu jiwa kebangsaan dan nasionalismenya tumbuh. Termasuk religiusitanya.***
Cek Berita dan Artikel yang lain di GoogleNews PUB