PORTALSURABAYA.COM – Ada puluhan hektar sawah dan beberapa fasilitas umum terendam banjir tahunan luapan Kali Lamong di tiga Kecamatan yang ada di Kabupaten Gresik bagian Selatan. Tiga Kecamatan itu yakni Kecamatan Balongpanggang, Kecamatan Benjeng dan Kecamatan Cerme.
Pemkab Gresik terus berupaya mengatasi serta menanggulangi bencana banjir dengan melakukan pengerukan, memperlebar serta memperdalam Kali Lamong maupun anak Kali Lamong. Tidak hanya itu, Pemkab juga membuat tanggul di beberapa Desa.
Mengatasi banjir langganan luapan Kali Lamong, tidak bisa hanya dilakukan sepihak, seperti yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Gresik. Tapi harus bersinergi dengan beberapa pihak mulai dari tingkat Pusat, Provinsi dan Daerah.
Selain itu, konsep juga harus dirubah dalam mengatasi banjir di Gresik Selatan itu, seperti studi tentang kebencanaan, reboisasi di sekitar sungai, juga memanfaatkan waduk-waduk yang ada di Kabupaten masing-masing.
Sekretaris Komisi III Fraksi PKB Gresik, Abdullah Hamdi menyebut untuk mengatasi banjir tahunan luapan Kali Lamong yang berulang terjadi setiap tahun di musim penghujan perlu adanya penanganan yang serius dari semua pihak, mulai dari Pusat (BBWS), Provinsi hingga Daerah (Kabupaten).
“Normalisasi tanpa ada solusi permanen kurang tepat, harus dimulai dengan studi kebencanaan, memetakan kawasan untuk penampungan atau embung, waduk dan yang penting reboisasi di wilayah yang gundul. Kolaborasi antar Kabupaten tidak bisa tidak,” ujar Hamdi, Jumat (12/11/201).
Tidak hanya itu, Hamdi menyebut harusnya konsep penanganan dirubah, tidak hanya membuat tanggul, mengeruk dan mengalirkan air Kali Lamong ke laut. Tapi harus ada konsep baru bagaimana memanfaatkan air tersebut. Ia mencontohkan di Gresik ada embung atau waduk yang selama ini lupa atau luput dari perhatian Pemerintah dan itu harus dimanfaatkan.
“Seperti waduk yang ada di Desa Sumengko, yang berada di antara wilayah Gresik hingga Tikung Lamongan, itu bisa dimanfaatkan sebagai penampungan air dari Kali Lamong. Dan saat musim kemarau bisa dimanfaatkan warga. Tapi selama ini tidak ada dimanfaatkan, juga tidak ada normalisasi,” ujarnya.
Waduk itu, lanjut Hamdi memang pada posisinya tidak hanya dimiliki Kabupaten Gresik tapi Kabupaten seperti Lamongan, Mojokerto juga memiliki waduk, artinya dari pihak Kabupaten bisa kerjasama dengan Provinsi untuk menangani dan memanfaatkan waduk itu.
“Kabupaten bisa bekerjasama dengan Provinsi melakukan normalisasi untuk memanfaatkan waduk-waduk itu,” ucap Hamdi.
Menjaga Ekosistem
Kemudian yang kedua, lanjut Hamdi konsep tentang penanggulan dengan beton di sekitar kali (sungai) yang ada di Segoro Madu, tidak harus semua dengan seperti itu, hanya perlu memperlebar dan memperdalam sungai agar airnya bisa lancar menuju laut.
Lalu, menjaga ekosistem yang ada disana, seperti melestarikan dan mempertahankan adanya pohon-pohon bakau, dimana pohon bakau bisa berfungsi juga sebagai tanggul.
“Kita menginginkan ekosistem yang ada masih bisa diperhatikan, seperti yang ada di dekat Segoro Madu, tidak harus di tanggul, tapi hanya perlu diperdalam agar air bisa mengalir ke laut dengan lancar,” ujarnya.
Wakil rakyat ini menambahkan di kawasan itu ada pohon-pohon bakau dan itu perlu dipertahankan dan dilestarikan. Sungai hanya perlu diperlebar, memperdalam untuk memperlancar aliran air ke laut, jadi tidak harus di tanggul.
“Saya kira, pohon bakau yang ada di sana bisa berfungsi sebagai tanggul, harus kita lestarikan dan jaga terus. Untuk sungai hanya perlu diperdalam dan lebarkan, jadi tidak musti harus di buatkan tanggul,” jelas Hamdi.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di GoogleNews PUB